Senin, 07 November 2011

Persalinan di RS Hermina Arcamanik

41 minggu usia kehamilan istri saya. Melahirkan pas waktu jam 23.25 tanggal 17 oktober 2011, dengan bantuan dibuatkan pintu baru untuk si bayi di perut emaknya. Dari awal kehamilan, kami selalu periksa kehamilan di RS Hermina Arcamanik. Alasannya :



1.       Dekat dengan tempat tinggal kami. Hanya sekitar 3 menit perjalanan menggunakan sepeda motor atau mobil. Tapi kalo jalan kaki, bisa 15 menitan. Mungkin kalow ngorondang bias jadi 15 jam, sebab di tangkep satpam dulu da disangka sarap.
2.       Kami lebih memilih rumah sakit yang punya kredibilitas tinggi dalam hal pelayanan terhadap persalinan, kesehatan ibu dan anak (termasuk bayi). Meskipun RS Hermina Arcamanik bukan RSIA, tapi reputasi Hermina Group dalam menangani persalinan dan kesehatan ibu dan anak sudah kami dengar sejak jaman perselingkuhan Gajah Mada dan Krisdayanti. Kami khawatir jika di rumah sakit umum lainnya, ke steril an si ibu maupun bayi lebih mudah terkontaminsai oleh penyakit yang umum dan sangat jarang diderita bayi. Intinya kami gak mau anak kami ketularan penyakit yang terkumpul di RSU.
3.       Dari segi biaya, cukup terjangkau oleh kami (dengan syarat menjual sawah, munding, pabrik punya orang dan beberapa pasang sandal jepit).
Periksa kehamilan pertama cukup membingungkan bagi kami. Antara senang, bingung harus ngomong apa sama dokter. Kenapa bingung??? Bukan karena istri saya hamil duluan baru nikah!!!! Tapi sebelumnya kami pernah berniat untuk memeriksakan kondisi kesehatan reproduksi kami, karena usia pernikahan kami sudah satu tahun tapi belum juga ada tanda tanda kehamilan. Alhamdulillah ternyata dua garis pada testpack yang ke empat  berbanding lurus dengan hasil USG. Dari hasil USG sudah ada tanda tanda janin.


awal mula nya adalah terbentuk jantung



dr. Rina Eka P SPOG
 Selama puluhan minggu kami control ke dr. Rina Eka Puspitasari, SPOG. Kami sangat puas karena setiap control kami selalu di beri pencerahan yang belum pernah kami ketahui sebelumnya. Meskipun kami tidak bertanya, dokter tetap menjelaskannya.
Sampai pada minggu ke-37, istri saya merasakan (mungkin) kontraksi. Terasa mulai siang dan mulai sering terasa pada malam hari. Pada jam 12 malam saya memutuskan listrik….sori, memutuskan untuk membawa istri saya ke RS. Disana istri saya ditangani oleh bidan. Setelah di NST (mirip seismograf untuk mengukur tingkat kontraksi dan denyut jantung bayi), ternyata kontraksinya sangat lemah dan jarang. Pembukaan pun baru satu. Istri saya pun diperbolehkan pulang.

  Sampai pada minggu ke-40, istri saya belum juga merasakan kontraksi, dan akhirnya dokter menyarankan untuk melakukan induksi (merangsang kontraksi dengan obat) pada hari rabu. Masih inget kan jadwal control kami adalah hari minggu??!! Istri saya membandel. Tidak mau di induksi karena menurut pengalaman orang lain, induksi itu sangat menyakitkan.
Kami kembali pada hari minggu depannya (usia kehamilan 41 minggu). Dokter menyarankan lagi untuk melakukan induksi pada hari senin pagi. 


(BERSAMBUNG)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar